Sutriono Edi:Rumput Laut Primadona Ekspor Ketiga
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan, sebuah negara
maritim dengan luas laut mencapai 6,4 juta kilometer persegi. Sekitar tiga
perempat wilayah Indonesia berupa laut yang menyimpan potensi kekayaan yang
luar biasa. Garis pantainya sepanjang 99.000 kilometer sangat menjanjikan
sebagai sarana pengembangan budidaya rumput
dengan potensi luas areal budidaya mencapai kurang lebih 1,4 Juta Hektar
yang tersebar di 23 Propinsi. Beberapa budidaya rumput laut yang populer antara
lain Euchema Cotonii, Gracilaria, dan
Sargassum. Tahun 2018 target produksi rumput laut mencapai 16 juta ton dan
diharapkan untuk meningkat di tahun depan menjadi 19 juta ton.
Rumput laut menjadi salah satu primadona kelautan Indonesia
karena rumput laut menjadi komoditas ekspor terbanyak ke-3 di sektor kelautan
setelah udang dan tuna. Rumput laut banyak digunakan sebagai bahan untuk
industri makanan seperti agar-agar, jelly food dan campuran makanan lainnya.
Selain itu rumput laut juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri
kosmetika, farmasi, tekstil, kertas, keramik. Mengingat manfaatnya yang luas
tersebut, komoditas rumput laut mempunyai peluang pasar yang baik dengan
potensi yang sangat besar.
Dalam pemaparannya pada acara Listerasi Kebijakan Sistem
Resi Gudang (SRG) Rumput Laut, 19 Juli 2018,di Makassar, Sulawesi Selatan Sutriono
Edi, Staf Ahli Menteri Perdagangan
bidang Pengamanan Pasar, mengungkapkan rumput laut sebagai salah satu
komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi negara dan budidayanya merupakan
sumber pendapatan petani nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta mampu
memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan Indonesia yang sangat
potensial.
Potensi rumput laut yang besar tersebut saat ini dinilai
masih belum optimal. Di tingkat produksi masih terjadi penurunan setelah
sebelumnya terjadi peningkatan produksi. Begitu juga di lini pasca produksi
atau pasca panen. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi areal
budidaya rumput laut di Indonesia seluas 1.427.112 hektar yang tersebar di 23
provinsi. Pemanfaatan potensi budidaya rumput laut itu sampai tahun 2017 baru 3.635 hektar saja.
Produksinya pada tahun 2013 hingga 2016 meningkat rata-rata
per tahun 7,92 persen, namun dalam dua tahun terakhir produksi antara tahun
2016 – 2017 turun sebesar 7 persen. Pada tahun 2017 realisasi produksi rumput
laut sekitar 10,8 juta ton lebih rendah dari target produksi sekitar 13,3 juta
ton sedangkan pada tahun 2016 realisasi produksi rumput laut mencapai 11,6 juta
ton. Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) menargetkan tahun 2018 produksi rumput laut akan digenjot agar bisa
mencapai target 16,2 juta ton. Namun bagi sebagian kalangan, seperti asosiasi
rumput laut, menilai target produksi tersebut terlalu optimistik, karena
berbagai kendala di lapangan antara lain, permasalahan SDM, infrastruktur,
biaya logistik , kualitas hasil produksi/budidaya dan keterbatasan akses pasar.